TETANGGA DEKAT - KALSEL#1

Lokasi: Tepi Sungai Barito - Dermaga Depan Kantor Bupati Barito Kuala
KABUPATEN BARITO KUALA

Sebelumnya akan ku jelaskan lebih dulu tentang tempat ini. Kabupaten Barito Kuala (disingkat Batola) dikalangan masyarakat umum lebih populer dengan sebutan Marabahan. Marabahan adalah ibukota kabupaten Batola yang dapat ditempuh kurang lebih 1 jam 40 menit dari Banjarmasin.

Ada beberapa orang yang menyangka bahwa aku adalah orang Marabahan. Mungkin karena dulu saat aku berkenalan dan ditanya tinggal dimana maka aku akan menjawab tinggal di Anjir, ini nama tempat loh ya bukan plesetan dari kata anjrit/ anjay/ anjing.

Kebanyakan orang mengidentifikasi daerah Anjir sebagai wilayah Batola, padahal sebenarnya disepanjang Jl. Trans Kalimantan memang terdapat beberapa desa bernama anjir, bahkan ada dua kecamatan anjir. Namun, perlu diketahui bahwa perbatasan antara Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah juga terdapat di Jln. Trans Kalimantan wilayah Anjir, artinya ada Anjir wilayah Kalsel dan juga Anjir wilayah Kalteng.

Berikut gambarannya:

Semoga bisa dibaca


Aku sendiri tinggal di Jl. Trans Kalimantan Desa Anjir Serapat Timur Kecamatan Kapuas Timur Kabupaten Kapuas Propinsi Kalimantan Tengah. Karena banyak kesalah pahaman itulah yang akhirnya aku menyampaikan kepada orang yang bertanya bahwa aku tinggal di Kapuas.



Anjir sendiri berarti "sungai". Sampai saat ini, akupun masih belum mengetahui apakah nama Anjir itu berasal dari bahasa daerah atau bahasa asing. Anjir sendiri adalah sebutan untuk anak sungai barito yang membentang hingga ke sungai Kapuas Murung di Kuala Kapuas.



Mayoritas masyarakat Marabahan tinggal di sepanjang tepian sungai barito, mulai dari pusat perdagangan, pemukiman dan tempat industri juga berada ditepian sungai barito. Sehingga dalam perjalanan darat dari Banjarmasin ke Marabahan kita akan jarang sekali menemukan pemukiman padat, kebanyakan didominasi persawah, terkecuali apabila melalui jalur sungai, kita akan melihat pemandangan yang berbeda, pemukiman dan pasar-pasar yang ramai.



Batola adalah salah satu lumbung padi di Kalsel, mayoritas masyarakatnya mencari penghidupan dengan bertani dan berkebun. Hasil tani di daerah ini kebanyakan padi yang dipanen satu kali dalam setahun. Selain itu, daerah marabahan juga terkenaldengan penghasil jeruk dan juga nanas dan kelapa untuk daerah tamban yang melupakan bagian terluar dari Batola.

Okay. Berikut beberapa cerita yang ingin ku bagikan. Pastikan kalian membacanya dengan seksama karena mungkin saja diantara kerikil-kerikil yang ku tulis terdapat sebongkah permata yang terselip. 

Tanpa Tujuan

Seperti biasa, aku terkadang sering sekali melakukan sebuah perjalanan tapa tujuan tertentu ingin kemana. Biasanya hal ini terjadi jika tiba-tiba aku ingin mengetahui tempat baru atau sekadar menghibur diri dengan melihat sesuatu yang jarang ku lihat. Terlepas dari lingkungan dan rutinitas setiap hari.

Ada pengalam unik ketika beberapa tahun yang lalu aku ke Marabahan. Sepanjang jalan dari simpang 4 Handil Bhakti sampai ke pusat kota Marabahan aku selalu berputar-putar mencari sebuah tempat pelayanan publik yang pasti siapapun yang memiliki kendara bermotor akan mencarinya. Ya, SPBU atau pom bensin. Entah aku yang tidak tahu dimana atau memang belum ada. Entahlah.

Setelah beberapa lama akhirnya dibangunlah sebuah SPBU di dekat Jembatan Rumpiang, pom bensin ini cukup kecil hanya memiliki dua buah mesin nozzle/ pompa. Itupun beberapa kali aku lewat selalu tutup.
Menariknya, penjual bbm eceran ada banyak dan harganya tidk berbeda dengan pedagang bbm eceran yang dekat dengan SPBU. Mungkin ada banyak SPBU, hanya saja aku yang tidak pernah menemukannya.

Bayar Pajak Ejon

Ejon adalah sepeda motor yg biasa ku pakai,  Yamaha Xeon 125 produksi tahun 2012. Motor ini dibeli di Banjarmasin, dan sesuai regulasi yang berlaku maka seharusnya kami sekeluarga yang berKTP Kapuas Kalteng tidak bisa membeli di propinsi lain. Maka ketika itu dipakailah KTP kekuarga abah ku sehingga motor itu surat-suratnya diurus di Marabahan (Batola).

Suatu ketika aku ingin membayar pajak ke samsat Marabahan. Aku ketika itu penasaran dengan plang penunjuk jalan yang mengarahkan ke Marabahan. Rasa penasaran itu timbul karena aku belum pernah melalui jalur itu.

Selain melalui Handil Bhakti, pusat pemerintahan Batola bisa diakses melalui jalan tembusan di Anjir, setahuku ada dua, pertama Anjir Handil Tura Km 18 dan Anjir Handil Paliwara Km 21. Jika mengambil rute ini kita akan melewati persawahan dan perkebunan karet. Di jalur ini kita juga akan melewati banyak perkampungan dan diantaranya adalah perkampungan transmigrasi.

Suatu hari aku mencoba jalur Handil Tura, masuk melalui Jl. Trans Kalimantan Km. 18 (Pasar Arba). Sesampainya di pertigaan akhir setelah simpang Wanaraya aku yang buta arah dan tidak tahu jalur akhirnya memutuskan untuk berbelok ke arah kiri. Setelah menempuh jarak yang tidak bisa disebut dengan menggunakan kata "dekat" akhirnya aku masuk sampai ke perkampungan yang bahkan aku tidak pernah menyangka akan ada jalanan aspal ditengah-tengah perkebunan. Seandainya saja pemerataan infrastruktur seperti itu sama dimana-mana.

Dalam perjalanan yang entah kemana itu, aku melewati berbagai macam perkampungan, salah satunya adalah dimana aku menemukan sejumlah rumah masyarakat Hindu, bahkan terdapat Pura (Tempat Ibadah)  juga di sana.

Setelah berputar-putar tanpa arah akhirnya aku keluar melewati sebuah perkampungan dan kembali lagi ke jalur pertigaan. Aku mencoba bertanya kepada penduduk sekitar berharap dapat petunjuk, mereka mengatakan seharusnya aku mengambil jalur kanan bukan ke kiri. Karena sudah cukup 'pusang' aku memutuskan untuk putar balik melalui jalur yang biasa.

Tentu ini bukan pertama kalinya, setiap kali ke tempat baru aku seringkali tersasar entah kemana. Namun kejadian-kejadian itu pula yang membuatku melihat banyak hal yang jarang sekali bisa ditemukan.

Keluarga Bakumpai
Menurut beberapa literatur dan diskusi, Sub Suku Dayak Bakumpai adalah kelompok Dayak Pertama yang memeluk Agama Islam, yang kemudian mereka membentuk komunitasnya sendiri yang tersebar di sebagian daerah tepi Sungai Barito, dan kebanyakan mereka menempati daerah Marabahan.

Dari Nenek, aku masih memiliki keluarga Bakumpai, meskipun bisa dikatakan bahwa aku sudah terputus melalui garis darah tetapi sampai saat ini silaturrahmi keluarga masih erat.

Cerita yang akan ku bagikan adalah bagaimana pertama kalinya aku melihat kesenian Sinoman Hadrah. Yah, hingga tulisan ini kalian baca, aku baru sekali dalam seumur hidup melihat kesenian ini. Kesenian ini menampilkan para penari yang didominasi remaja dengan pakaian khas dan membawa bendera, kemudian orang-orang tuanya sambil memukul rebana atau terbang dan membawakan syair-syair. Bahkan, jika kesenian ini ditampilkan diacara pernikahan, biasanya pengantin akan diusung oleh penari.

Mungkin nanti aku akan mengumpulkan bahan untuk menjelaskan tentang kesenian ini. Karena junur aku sangat tertarik melihat Sinoman Hadrah itu selain dari Bakuntau yang juga populer di Kalimantan Selatan.

Terima kasih sudah membaca. Barangkali tulisan dari seorang anak introvert tidak begitu menarik, harap maklum. Karena ada banyak cerita yang ku simpan untuk diri sendiri, bukan tidak mau berbagi,  tetapi terlalu berharga dan belum tentu aku akan mendapatinya lagi setelah itu.

BillahitaufiqWalhidayah.



Update terakhir, 01 Juli 2019.

Dari seorang penulis musiman dan admin instagram: emfakhry.ar serta twitter:@emfakhry_ar

Posting Komentar

0 Komentar