#BESAMBEL: DARI DITERJANG ANGIN SAMPAI 'TAJARUNGKUP'


BUKIT PRIANGAN DESA BUMI JAYA PELAIHARI

Ini sebenarnya perjalanan ny sudah lama, kalau tidak salah pada tahun 2016 sebelum 17 Agustusan. 
Jadi salah satu member dari rombongan ini nama ny Ani, dia diajak kawan-kawan SMA ny untuk camping pada weekend, terus dia mengajak kami untuk refreshing sekalian diskusi ala mahasiswa aktivis. Okay, kita berangkat malam hari sekitar jam 9 malam kurang lebih. Itupun setelah melalui drama yg sangat panjang tentu ny. 

Kita naik motor dari Banjarmasin menuju Pelaihari, kemudian dari pusat kota terus menyusuri jalan provinsi sampai ketemu proyek pembangunan Pelaihari City (kayak semacam mall dan tempat rekreasi), tidak jauh dari sana ada jalan masuk kampung di sebelah kiri, di depan jalan masuk itu ada musholla kecil yg biasa jadi penanda untuk memudahkan menemukan desa itu.

Terus kita masuk gerbang desa melalui pemakaman Jl. Pangeran Antasari sampai ke jalan yang ada tugu patung burung, lokasinya berdekatan dengan Balai Desa dan Mesjid, nah di situ ada persimpangan ambil kanan sampai nemu perempatan. Kita bisa izin atau sekedar kasih tau dengan petugas keamanan desa. Jadi, kawan-kawan ny Ani yg ngajakkita kesini ternyata sudah sampai dari sore, dan mereka denganwajah yg berbinar-binar menunggu kita yg baru sampai sekitar jam 11 malam. Salut untuk mereka. Hhaha

Setelah bertemu perempatan ambil kanan melalui Jl. Mahakam. 
Kemudian masuk lurus melewati ladang jagung. Nah dari sini sudah jalan berbatu tidak ada jalan aspal yg mulus seperti di Ibukota. Nah di sekitar ladang jagung kita ambil kiri sampaibertemu kebun sawit dan karet, waktu kami kesana ada papan penunjuk jalan jadi cukup mudah ketika melewati jalur ladang dan perkebunan itu.

Nah diujung jalan di tengah kebun karet itu ada rumah warga petani, kita bisa menitipkan parkir motor di sana.

Kira-kira start tracking 11.30 dengan keadaan bulan yg cukup terang malam itu, jadi meskipun gelap dan hanya mengandalkan flash hp tidak membuat kami kesulitan melangkah, paling yaa capek, bukan capek fisik tapi capek memikirkan bagaimana caranya para perempuan itu bisa naik.

Bukit Priangan ini puncak tertingginya adalah 315 MDPL. Tapikarena jalurnya cukup panjang, waktu pendakian dengan kecepatan normal bisa mencapai kurang lebih 30 menitan lah.

Seperti kebanyakan orang kalau mendaki, setelah sampai gelar matras, pasang tenda, buka makanan. Terus kita diskusi ala aktivis gitu sampai cukup larut, entah kapan berakhir karena aku sudah lupa juga.

Dari subuh angin mulai berhembus kencag sekali, sekalipun kencang tapi anginnya tidak dingin seperti angin pagi yg biasa bercampur embun.



Sekitar jam 7 kita mulai turun dan memutuskan untuk pulang,saat turun karena cukupcuram dan terjal, seorang member sempat tersungkur jatuh ke depan (dalam bahasa banjar; Tajarungkup), untungnya tidak sampai luka serius hanya sedikit tergores dan lebam di bagian dagu.

Sebelum pulang kita memberi sekadar biaya parkir kepada ibu yg punya rumah di area bawah bukit. Kata beliau biasanya satu motor 5000 rupiah.

Akhirnya kita balik ke Banjarmasin dan cerita berakhir di sini. Terima kasih.