181 KILOMETER


Berawal dari rencana pengen liburan yang bermanfaat di akhir periode kepengurusan di DEMA (Kampus lain namanya BEM) akhirnya kita sepakat untuk melaksanakan LIBURAN berkedok "Pengabdian Masyarakat". 

Kebetulan itu adalah proker wajib dari bidang kita yaudah, pasti seneng lah!

Hasil dari komat kamit pengurus akhirnya kita sepakat memilih Tanah Bumbu (TanBu)  sebagai tujuan kita melaksanakan liburan. *Pengabdian maksudnya.

Karena ini adalah program bidang kami, yaa akhirnya kita putuskan untuk survei ke TanBu. Waktu itu yang berangkat dari banjarmasin ada enam orang, dan satu orang nunggu di sana, dari DEMA di Bidang kita yang berangkat gue sendiri bareng tiga cewek syantik, sekretaris gue si Mumun, si pemegang keuangan Ichun dan tenaga medis kita si Risna. Tiga orang lagi ada Cewek, gue lupa namanya, dia ini kawan satu kost Ichun, ada juga Zain yang waktu itu statusnya mantan menteri keuangan kita dan satu lagi yang nunggu di tanbu Yasir namanya, dia keponakannya menteri keuangan kita.



Oh iya, sekedar info nih kawan-kawan, Tanah Bumbu adalah satu kabupaten yang berada di kalimantan selatan. Letaknya lebih kurang 151 kilometer dari Banjarmasin (melihat di pembatas jalan atau apalah itu namanya) tapi kalau menurut google map sekitar 160-an km.

Kita berangkat hari Sabtu, 10 Desember 2016. Awalnya pengen berangkat cepetan sesudah dzhuru lah sekitar pukul 13-an siang, namun apalah daya karena nungu-nunggu akhirnya kita berangkat sekitar pukul 14 sianglewat.

Dalam perjalanan kita melewati daerah Tanah Laut yang terkenal banyak destinasi wisatanya, ada gunung (sebutan orang Kalsel untuk bukit dan sejenisnya), dan yang asiknya lagi kalau kalian liat di google map itu, sebenarnya kita menyisir daerah pantai. Yaa kalian buka maps aja sendiri.

Sekitar pukul 18 sore hampir maghrib kita sampai di daerah Sungai Cuka yang kebetulan adalah daerah perbatasan Kabupaten antara Tanah Laut dan Tanah Bumbu, kita mampir untuk beli nasi goreng dan cemilan di Alfamart.

Setelah itu Ichun nawarin buat camping di pantai yang katanya mirip di Bali, katanyaaa. Nah dari tempat beli makan kita terus lagi sekitar 30 menit kemudian sampai di Desa Sungai Cuka yang menuju ke pantai tempat kita camping, di sana udah ada yang nunggu yaitu Yasir.
Untuk menuju ke pantai kalian bisa melihat plang yang ada di tepi jalan utama bertuliskan "OBYEK WISATA BATU BUAYA", Gue gak ngerti juga kenapa dinamakan begitu dan disana gak nemu juga gue mana batu buayanya, kalo buaya laki mah banyak.
Dari jalan raya provinsi kita masuk sekitar 8 kilometer untuk sampai ke tepi pantai, disana ada perkampungan juga yang kebetulan ada kawan Ichun yang asli orang sana, jadi kita ngobrol dan minta izin juga sama empunya kampung biar afdhol gaes.

Sebenarnya desa ini masuk salah satu list kami untuk pengabdian, cuman saat vote di rapat DEMA, desa ini gak lolos audisi.

Oh iya, di pantai ini terdapat sebuah Resort bernuansa Bali, mungkin itu yang membuanya dinamakan pantai Bali, air lautnya cukup bersih gak ada lumpur atau kotoran bekas tangan manusia, paling ada sedikit bekas batubara lah.

Kita bermalam di sini dan keesokan paginya saat matahari terbit kita juga bisa melihat sunrise di ufuk timur. Keren.
Ini dia Sunrise waktu Matahari terbit.

Di sini juga ada pos polisi laut cuman kosong, mentah memang baru atau gak dipakai lagi. Selain itu yang menghiasi bibir pantai adalah lipstick wardah. BUKAN!.
Ada Tumpukan ban bekas Mobil HD pengangkut batubara yang disusun rapi, itu dia gaes yang menghiasi bibir sang pantai, elu jangan coba-coba pake ban di bibir.
 

Segede gini gan, sumpah gue baru pertama nemu ban sebesar ini. otot The Rock lewat.



Sekitar jam 7 lewat kita melanjutkan perjalanan dan singgah di sekitar pasar Sungai Danau untuk makan pagi, dan ini sangat menguras kantong bro, SERIUS!. Belum pernah gue makan nasi ayam lalapan harga segitu di Banjarmasin, itu mah bisa buat berdua kalo di Banjar. Tapi yaa tak apalah, karena disini memang lebih mahal dari pusat provinsi, selain itu juga mungkin karena ini daerah pertambangan dan perkebunan yang karyawannya udah biasa dengan harga segitu. Bukan untuk mahasiswa.


Habis makan kita bayar dan habir bayar kita terkejut lalu habis terkejut kita melanjutkan perjalanan ke sebuah desa yang juga berada di pesisir laut, Setarap namanya.

Untuk ke Desa ini kalian bisa menanyakan kepada orang-orang karena untuk masuk ke desa ini kita harus melewati kebun sawit.



Alhamdulillah setelah melewati rindangnya perkebunan sawit akhirnya kita mencium aroma angin laut dan suara hembusan angin khas pantai.

Pantai ini terbilang masih perawan karena menurut warga pantai ini adalah tanah pribadi milik salah seorang pengusaha di Kalsel. Makanya tidak dijadikan obyek wisata umum.





Ini adalah rumah kepala desa yang kemudian waktu pengabdian kami tinggali selama 9 hari.

Karena hari itu kita tidak bertemu dengan Kepala Desa, akhirnya kita putuskan untuk melanjutan perjalanan setelah mendapatkan kontak Kades.


Setelah keluar dari Setarap kami melanjutkan perjalanan melalui jalan tambang milik salah satu perusahaan untuk menuju Desa Bukit Baru.




Kalian pasti taulah ya gimana jalan tambang, kalau kering berdebu, hujan becek dan belum lagi aktifitas mobil pengangkut batubara.

Kebetulan waktu itu gerimis, dan meskipun tidak teras tetapsaja membuat jalanan licin dan matic serasa trail. Haha.

Kita dipandu oleh seorang kawan SMA Ichun yang orang sana, ada tempat yang menarik loh jauh ditempat yang belum banyak orang tahu.

Ini dia...



Bukit batu ini mungkin biasa aja tapi perjalanannya lah yang luar biasa.



Kalau jembatan ini luar biasa menurut gue. Katanya diseberang sana dulu adalah perkampungan orang dayak, entah masih ada atau enggak, yang pasti dulunya jembatan ini digunakan untuk aktifitas menyeberang masyarakat dayak keluar masuk kampung.


Sungainya cukup jernih dan bagus, gak kalah dengan sungai amandit di Kandangan kira-kira.



Ini adalah sebagian keindahan ciptaan Tuhan, kalau kalian ada waktu luang dan uang. Ayok Bejalanan.

Posting Komentar

0 Komentar