Sebagai seorang kader di HMI Komisariat Fakultas Tarbiyah, saya merasa perlu membagikan sebuah pesan singkat kepada kawan-kawan yang sekarang menjadi fungsionaris struktural di komisariat.
Aku pernah berdiskusi dengan Ketum Badko, kala itu Kanda Muhammad Ridha. Ia mengatakan bahwa sebenarnya kader HMI dapat menuntaskan jenjang trainingnya beriringan dengan studinya di kampus.
Asumsinya adalah sebagai berikut:
Jika seorang Kader mengikuti LK I pada semester 1, maka 6 bulan kemudian dia sudah bisa mengikuti LK II, anggaplah awal semester 3, maka satu tahun kemudian pada semester 6 dia sudah bisa mengikuti LK III dan menuntaskan jenjang perkaderannya yang formal. Jika berminat maka disela-sela itu dia juga dapat mengikuti training dan pusdiklat lainnya di HMI.
Permasalahannya adalah, apakah bisa metode seperti ini diterapkan?
Saya jawab bisa.
Begini formulanya:
Setelah LK I ada jeda 6 bulan untuk mempersiapkan diri dengan mengikuti alur proses perkaderan pasca LK, yaitu upgrading, follow up, aktivitas , coaching dan lainnya. Semua itu dipersiapkan untuk bekal mengikuti LK II.
Alasan kenapa seorang kader baru bisa mengikuti LK II setelah 6 bulan pasca LK I adalah guna mempersiapkan diri, sehingga LK II tidak menjadi batu pijakan bagi seorang kader untuk mengukur kemampuan intelektual, dialektika, retorika dan semacamnya. Hal yang semacam itu adalah kekeliruan yang besar. Forum LK II adalah forum pengembangan terhadap kemampuan yang sudah dimiliki.
Salahnya kader ketika mengikuti LK II adalah untuk mengisi kekosongan dan ketertinggalan, sehingga ketika seharusnya pasca LK II dia bisa berkembang, kenyataannya dia sibuk menambal dan mengisi kekurangan. Kalau begitu apalah beda dengan kader LK I yang matang tanpa mengikuti LK II. Sebut saja bastra senior.
Begitu pula dengan jenjang training selanjutnya. Jeda waktu yang dijadikan syarat memiliki tujuan sebagai ruang bagi kader mempersiapkan diri mengikuti training yang lebih tinggi.
Mengapa harus menuntaskan jenjang perkaderan?
Sepertinya harus kembali kepada pengertian kader itu sendiri, dimana kader adalah sekelompok orang yang terorganisir dan dibina terus menerus untuk menjadi tulang punggung bagi kelompok yang lebih besar.
Setiap kader HMI memiliki ruang juangnya masing-masing, maka karena itulah HMI memberikan fasilitas dan training sebagai tahapan untuk menjadi tulang punggung bagi satu kelompok.
Kita sama-sama memahami bahwa selain alasan filosofis, alasan politis juga menjadi motivasi seseorang mengikuti training lanjutan. Semisal LK II sebagai syarat menjadi pengurus cabang dan LK III sebagai pengurus Badko dan PB HMI
Terlepas daripada itu, menjadi kader paripurna adalah impian setiap kader HMI, maka selama ada jalan maka Yakinkan dengan Iman, Usahakan dengan Ilmu dan Sampaikan dengan Amal.
Untuk kawan-kawan di HMI Komisariat Fakultas Tarbiyah Cabang Banjarmasin, tuntaskan jenjang perkaderan dan jadilah kader paripurna. Namun, jangan lupakan, sebelum itu pantaskanlah diri mu.
Billahitaufiq WalHidayah.